Sebuah kisah nyata seorang istri yang masa depan dan keluarganya hancur
gara-gara BB dan Facebook, Semoga kita bisa mengambil hikmah dari cerita
dibawah ini.
Bismillahirrahmaanirrahim ..
Namaku adalah Leni. Seorang istri dengan satu anak berumur 3 tahun. Umurku saat ini adalah 25 tahun, banyak orang yang bilang wajahku manis dan cantik, bahkan banyak juga yang bilang aku masih nampak seperti gadis.
Di sela-sela kesibukanku bekerja di konveksi, aku coba buka BBM baru pemberian suamiku. Tak lupa ku coba buka akun facebookku. Kangen rasanya seru-seruan dengan teman-teman SMA dulu.
Dari facebook, aku mengenal seorang laki-laki. Pemuda mahasiswa disalah satu Universitas ternama yang nampak sukses dengan usaha perdagangangannya jika dilihat dari profile dan postingan-postingan pemuda itu, dia adalah seorang pebisnis makanan jadi sambil kuliah.
Awalnya kami cuma saling like status lama kelamaan beralih saling berkirim pesan. Dalam pesan-pesan yang singkat kami pun saling rinci keadaan. Meski dia tahu aku adalah seorang istri dan ibu dari satu orang anak berumur 3 tahun, dia tetap manis menanggapinya.
Dari situ, kami teruskan kirim pesan dengan saling bertukar pin BBM. Kirim foto dan berujung pada janjian adakan pertemuan.
Beberapa minggu kemudian aku benar-benar terbuai suasana, inilah awal aku bertemu dengannya, aku membawa anakku untuk bertemu dengannya. Dia memang lebih tampan/ganteng dari suamiku, wajahnya bersih, dan wangi parfumnya sangat harum, lebih-lebih lagi ia tak segan-segan memberikan sepatu, seragam sekolah, seragam olah raga dan tas mahal untuk anakku. Bayangkan untuk membeli barang tsb dia rela merogoh uang yang banyak. Aku begitu terharu, aku merasa senang bisa bertemu dan jalan bareng bersamanya.
Itulah awal pertemuanku. Hari berikut pesan di BBM pun mulai sedikit genit dan nakal, dia berani menyatakan cintanya kepadaku. Dan anehnya aku makin terhibur dengan pesan-pesan nakalnya. Mulailah setan merayapiku. Aku tak segan-segan menanggapi permintaannya untuk bertemu sendirian di sebuah hotel. Malam-malam itu hatiku penuh bunga-bunga bertebaran. Aku tidak menyangka, meski sudah beranak satu tapi masih ada perjaka berstatus mahasiswa yang menyukaiku.
Bulan berikutnya, di pertemuan kedua, kami sudah langsung cek-in di hotel kelas melati di kotaku, daerah Jakarta, disinilah aku khilaf, aku berani memberikan tubuhku seutuhnya ke lelaki itu.
3 bulan berlalu, aku mulai hamil. Aku merasa biasa saja. Tapi kedua orang tuaku bingung dan mempermasalahkan. Pasalnya, sudah setahun suamiku kerja di pengeboran lepas pantai luar Jawa. Dan sudah barang tentu tak pernah setahun ini menyentuhku.
Aku tetap bilang pada mereka, bahwa ini adalah janin suamiku. Tapi kedua orang tuaku tetap menuduhku melakukan selingkuh.
Akhirnya, suamiku pun dituntut pulang. Tanpa basa-basi, suamiku pun cek BB dan FB ku. Aku demikian bingung dan panik. Karena di BBMku masih ada pesan-pesan nakal dengan lelaki itu yang lupa ku hapus. Aku menangis sejadi-jadinya. Menyembah-nyembah, bertekuk lutut di hadapan suami dan kedua orang tua kandungku.
“Menantuku, cepat ceraikan dia, biarlah aku kehilangan anak ini dari pada kehilangan menantu dan cucu sebaik kalian.” kata ibuku
“Dan kamu..!” ibu menudingku dengan mata berair. “Pergilah kemana kau mau, sekarang juga. Dan jangan pernah kau tampakkan wajah menjijikkanmu di hadapanku dan keluargaku.”
Aku keluar rumah dengan tangisan. Bahkan untuk memeluk anakkupun aku tak diizinkan.
Keesokan harinya ku coba minta pertanggung jawaban dari lelaki itu, namun BBM, FB nya sudah tak aktif lagi. Ku beranikan diri datang ke kampus dimana dia kuliah. Di KABAG kemahasiswaan, ternyata tak menemukan nama yang ku maksud.
Aku tunjukkan foto wajahnya, dan ternyata tiada ditemui wajah yang seperti itu. Aku menangis sejadi-jadinya. Kandunganku sudah hampir 6 bulan. Uang sangu pun menipis. Tak tahu kemana arah diuntung. Tak tahu Kemana nasib akan menuntun. BBM dan FB benar-benar memporak porandakan rumah tanggaku. Aku sangat menyesal sekali…
Cerita di atas adalah kisah benar adanya yang di angkat ke publik yang diinisiatifkan dari catatan pribadi Leni.
Sahabat-sahabatku yang kucintai karena Allah, mari kita ambil hikmah dari cerita di atas, gunakan Media Sosial sesuai kebutuhan dan kemanfaatannya, berhati hatilah bermain FB, Twitter, BBM, dll.
Bismillahirrahmaanirrahim ..
Namaku adalah Leni. Seorang istri dengan satu anak berumur 3 tahun. Umurku saat ini adalah 25 tahun, banyak orang yang bilang wajahku manis dan cantik, bahkan banyak juga yang bilang aku masih nampak seperti gadis.
Di sela-sela kesibukanku bekerja di konveksi, aku coba buka BBM baru pemberian suamiku. Tak lupa ku coba buka akun facebookku. Kangen rasanya seru-seruan dengan teman-teman SMA dulu.
Dari facebook, aku mengenal seorang laki-laki. Pemuda mahasiswa disalah satu Universitas ternama yang nampak sukses dengan usaha perdagangangannya jika dilihat dari profile dan postingan-postingan pemuda itu, dia adalah seorang pebisnis makanan jadi sambil kuliah.
Awalnya kami cuma saling like status lama kelamaan beralih saling berkirim pesan. Dalam pesan-pesan yang singkat kami pun saling rinci keadaan. Meski dia tahu aku adalah seorang istri dan ibu dari satu orang anak berumur 3 tahun, dia tetap manis menanggapinya.
Dari situ, kami teruskan kirim pesan dengan saling bertukar pin BBM. Kirim foto dan berujung pada janjian adakan pertemuan.
Beberapa minggu kemudian aku benar-benar terbuai suasana, inilah awal aku bertemu dengannya, aku membawa anakku untuk bertemu dengannya. Dia memang lebih tampan/ganteng dari suamiku, wajahnya bersih, dan wangi parfumnya sangat harum, lebih-lebih lagi ia tak segan-segan memberikan sepatu, seragam sekolah, seragam olah raga dan tas mahal untuk anakku. Bayangkan untuk membeli barang tsb dia rela merogoh uang yang banyak. Aku begitu terharu, aku merasa senang bisa bertemu dan jalan bareng bersamanya.
Itulah awal pertemuanku. Hari berikut pesan di BBM pun mulai sedikit genit dan nakal, dia berani menyatakan cintanya kepadaku. Dan anehnya aku makin terhibur dengan pesan-pesan nakalnya. Mulailah setan merayapiku. Aku tak segan-segan menanggapi permintaannya untuk bertemu sendirian di sebuah hotel. Malam-malam itu hatiku penuh bunga-bunga bertebaran. Aku tidak menyangka, meski sudah beranak satu tapi masih ada perjaka berstatus mahasiswa yang menyukaiku.
Bulan berikutnya, di pertemuan kedua, kami sudah langsung cek-in di hotel kelas melati di kotaku, daerah Jakarta, disinilah aku khilaf, aku berani memberikan tubuhku seutuhnya ke lelaki itu.
3 bulan berlalu, aku mulai hamil. Aku merasa biasa saja. Tapi kedua orang tuaku bingung dan mempermasalahkan. Pasalnya, sudah setahun suamiku kerja di pengeboran lepas pantai luar Jawa. Dan sudah barang tentu tak pernah setahun ini menyentuhku.
Aku tetap bilang pada mereka, bahwa ini adalah janin suamiku. Tapi kedua orang tuaku tetap menuduhku melakukan selingkuh.
Akhirnya, suamiku pun dituntut pulang. Tanpa basa-basi, suamiku pun cek BB dan FB ku. Aku demikian bingung dan panik. Karena di BBMku masih ada pesan-pesan nakal dengan lelaki itu yang lupa ku hapus. Aku menangis sejadi-jadinya. Menyembah-nyembah, bertekuk lutut di hadapan suami dan kedua orang tua kandungku.
“Menantuku, cepat ceraikan dia, biarlah aku kehilangan anak ini dari pada kehilangan menantu dan cucu sebaik kalian.” kata ibuku
“Dan kamu..!” ibu menudingku dengan mata berair. “Pergilah kemana kau mau, sekarang juga. Dan jangan pernah kau tampakkan wajah menjijikkanmu di hadapanku dan keluargaku.”
Aku keluar rumah dengan tangisan. Bahkan untuk memeluk anakkupun aku tak diizinkan.
Keesokan harinya ku coba minta pertanggung jawaban dari lelaki itu, namun BBM, FB nya sudah tak aktif lagi. Ku beranikan diri datang ke kampus dimana dia kuliah. Di KABAG kemahasiswaan, ternyata tak menemukan nama yang ku maksud.
Aku tunjukkan foto wajahnya, dan ternyata tiada ditemui wajah yang seperti itu. Aku menangis sejadi-jadinya. Kandunganku sudah hampir 6 bulan. Uang sangu pun menipis. Tak tahu kemana arah diuntung. Tak tahu Kemana nasib akan menuntun. BBM dan FB benar-benar memporak porandakan rumah tanggaku. Aku sangat menyesal sekali…
Cerita di atas adalah kisah benar adanya yang di angkat ke publik yang diinisiatifkan dari catatan pribadi Leni.
Sahabat-sahabatku yang kucintai karena Allah, mari kita ambil hikmah dari cerita di atas, gunakan Media Sosial sesuai kebutuhan dan kemanfaatannya, berhati hatilah bermain FB, Twitter, BBM, dll.
Baca juga:
Advertisement