Kali ini admin mau berbagi artikel tentang bagaimana perjalanan seseorang (laki-laki) yang melakukan pencarian terhadap jodohnya. Gak tanggung-tanggung looh, ini pengalaman dari orangnya langsung. Admin berharap pembaca dapat memetik hikmat dari cerita orang ini. Siapakah dia? dia adalah Ippho Santosa, pakar orak kanan dan juga penulis buku 7 Keajaiban Rejeki. Melalui akun twitter @ipphoright, dia menceritakan perjalanan panjangnya menemukan jodoh terbaik.
Honestly, sebelum nikah, saya kenal dengan beberapa wanita. sempat nimbang2 juga, tapi akhirnya saya 'stop' mikirin mereka. Namanya cowok, pasti mau istri yang cakep. Itu sah, agama jg bolehin. Setidaknya cakep menurut kita jd entar betah di rumah. Lebih dari itu, saya juga mau calon istri yang relatif baik amalnya. Kalau bisa, jauuuuuh lebih baik drpd saya.
Saya pun 'cari' ke sana-sini, ngecek orang ini-itu, nggak ketemu :) saya pun minta doa ke orang2, guru2. Eh, tetep nggak ketemu juga. ternyata ada sesuatu yg lebih penting daripada itu semua.
suatu malam sy tersadar. sy ingin calon istri yg ber-dhuha dan bertahajjud, tp apakah saya rutin ber-dhuha dan ber-tahajjud? Saya ingin calon istri yg rajin ngaji, tp apakah sy rutin rajin? rupanya nggak! saya nggak rutin melakukannya. jaraaang!
Honestly walau rada berat setengah nggak ikhlas, sy coba merutinkan dhuha, tahajjud ngaji. plus meningkatkan sedeka. Ini namanya 'memantaskan diri'. anda mau pasangan sebaik ini dan itu. Coba tanya diri, apakah anda sebaik ini dan itu juga?
Jadi memantaskan diri di hadapan Allah, bukan di hadapan manusia. btw Allah itu biro jodoh terbesar. stoknya banyak. Kalau kita sibuk memantaskan diri di hadapan manusia, maka kemungkinan kita akan bertemu dg orang yg seperti itu juga.
Nah, kalau kita sibuk memantaskan diri di hadapan Allah, maka kita akan DIPERTEMUKAN dengan orang yg seperti itu juga
Bener saja. setelah 3 bulan sy merutinkan amal-amal itu, saya bertemu dengan seorang gadis yang amalnya juga seperti itu. bedanya, dia merutinkan amal itu sejak kecil. Sedangkan saya? baru 3 bulan.
Kenapa selama ini saya tidak bertemu dengan dia? mungkin karena belum pantas menurut-Nya. begitu sdh 'rada' pantas, yah DIPERTEMUKAN. Saya bilang ke dia "saya nggak mau pacaran. saya maunya nikah" dan ternyata dia juga maunya begitu
Btw, jangan percayai pria yg TIDAK berani menetapkan tanggal pernikahan, se-keren apapun dia, seromantis apapun dia. kalau dia serius dengan anda, pasti dia berani menetapkan tanggal pernikahan. if not, masukin saja dia ke kardus :D
Ilmu 'memantaskan diri' ini berlaku buat bermitra, organisasi dll. Orang-orang di sktr kita biasanya cerminan amal dan akhlak kita. Jadi, saya bertemu dia hanya 1 kali, tidak sampai 10 menit. terus kita lanjutin ngobrol via telepon. saling kenal. Pertemuan ke-2 dan ke-3, itu sudah lamaran. pertemuan ke-4? Nikah deh... cepat, nggak pakai lama :)
Problem kita selama ini, sibuk memantaskan diri di hadapan manusia, bukan Allah. Problem kita selama ini, menuntut calon kita sebaik ini dan itu, padahal kita tidak sebaik ini dan itu.
Honestly, sebelum nikah, saya kenal dengan beberapa wanita. sempat nimbang2 juga, tapi akhirnya saya 'stop' mikirin mereka. Namanya cowok, pasti mau istri yang cakep. Itu sah, agama jg bolehin. Setidaknya cakep menurut kita jd entar betah di rumah. Lebih dari itu, saya juga mau calon istri yang relatif baik amalnya. Kalau bisa, jauuuuuh lebih baik drpd saya.
Saya pun 'cari' ke sana-sini, ngecek orang ini-itu, nggak ketemu :) saya pun minta doa ke orang2, guru2. Eh, tetep nggak ketemu juga. ternyata ada sesuatu yg lebih penting daripada itu semua.
suatu malam sy tersadar. sy ingin calon istri yg ber-dhuha dan bertahajjud, tp apakah saya rutin ber-dhuha dan ber-tahajjud? Saya ingin calon istri yg rajin ngaji, tp apakah sy rutin rajin? rupanya nggak! saya nggak rutin melakukannya. jaraaang!
Honestly walau rada berat setengah nggak ikhlas, sy coba merutinkan dhuha, tahajjud ngaji. plus meningkatkan sedeka. Ini namanya 'memantaskan diri'. anda mau pasangan sebaik ini dan itu. Coba tanya diri, apakah anda sebaik ini dan itu juga?
Jadi memantaskan diri di hadapan Allah, bukan di hadapan manusia. btw Allah itu biro jodoh terbesar. stoknya banyak. Kalau kita sibuk memantaskan diri di hadapan manusia, maka kemungkinan kita akan bertemu dg orang yg seperti itu juga.
Nah, kalau kita sibuk memantaskan diri di hadapan Allah, maka kita akan DIPERTEMUKAN dengan orang yg seperti itu juga
Bener saja. setelah 3 bulan sy merutinkan amal-amal itu, saya bertemu dengan seorang gadis yang amalnya juga seperti itu. bedanya, dia merutinkan amal itu sejak kecil. Sedangkan saya? baru 3 bulan.
Kenapa selama ini saya tidak bertemu dengan dia? mungkin karena belum pantas menurut-Nya. begitu sdh 'rada' pantas, yah DIPERTEMUKAN. Saya bilang ke dia "saya nggak mau pacaran. saya maunya nikah" dan ternyata dia juga maunya begitu
Btw, jangan percayai pria yg TIDAK berani menetapkan tanggal pernikahan, se-keren apapun dia, seromantis apapun dia. kalau dia serius dengan anda, pasti dia berani menetapkan tanggal pernikahan. if not, masukin saja dia ke kardus :D
Ilmu 'memantaskan diri' ini berlaku buat bermitra, organisasi dll. Orang-orang di sktr kita biasanya cerminan amal dan akhlak kita. Jadi, saya bertemu dia hanya 1 kali, tidak sampai 10 menit. terus kita lanjutin ngobrol via telepon. saling kenal. Pertemuan ke-2 dan ke-3, itu sudah lamaran. pertemuan ke-4? Nikah deh... cepat, nggak pakai lama :)
Problem kita selama ini, sibuk memantaskan diri di hadapan manusia, bukan Allah. Problem kita selama ini, menuntut calon kita sebaik ini dan itu, padahal kita tidak sebaik ini dan itu.
Baca juga:
Advertisement