PACARAN adalah medan penempaan menuju azab. Kursus gratis berhadiah dosa. Dan ajang pencarian jalan ke Neraka sana. Saya yakin kita semua sepakat, bahwa pacaran itu melanggar norma. Mendobrak hukum, berkaitan dengan khalwat dan upaya mendekati zina. Memang, ada beberapa pemuda-pemudi yang bilang jika pacarannya gak ngapa-ngapain. Maksutnya tidur gitu? Diem-diem-an gitu? Atau lagi semedi? Tapi ya tetap dalam status pacaran kan, meskipun diem?
Coba baca deh kasus Enno Fariah, 18, yang lima hari kebelakang (12/5) meramaikan jagat dunia berita. Konon ia tewas dengan menggenaskan. Tanpa sehelai benang, bersimbah darah dan yang lebih parah, sebuah gagang cangkul menancap di kem4luannya.
baca juga:Pengakuan Rahmat Alim Pelaku Gagang Cangkul
Kronologis singkatnya seperti ini: Enno dan teman laki-lakinya, atau lebih tepat pacarnya, tengah berdua-duaan di sebuah kost-an. Katanya mereka sedang bermesraan, beradegan dewasa layaknya pasangan suami istri. Ketika sang pacar memuncak syahwatnya, dan menagih layanan servis bir4hi, Enno menolak mentah-mentah.
Gairah yang memuncak namun tak tersalurkan, membuat sang pejantan tanggung kalap. Ia pergi meninggalkan Enno dalam keadaan murka. Tak lama ia kembali memboyong para begundal, untuk menghabisi Enno. Dan akhirnya sebuah gagang pacul menancap di kem4luan sang korban. Enno tewas dengan cara memalukan.
Mari kita berbincang dari sisi humanis, apakah Anda ngeri dengan peristiwa itu? Mungkin mereka yang berpacaran akan berkata, “ah pacar aku mah gak kayak gitu.” “Itu mah salah pilih pacar aja!” atau pacarannya aja yang kebablasan. Jika banyak komentar yang muncul seperti itu, sepertinya kasus-kasus lain layaknya Enno akan kembali bermunculan.
Siapa sih yang ingin menjadi korban pembnhan seperti Enno? Saya yakin tidak ada satupun yang bersedia. Sekali lagi, pacaran adalah jalan menuju kehancuran. Ya, hancur diri, hancur harga diri, hancur masa depan. Dan hancur dalam kubangan dosa.
Belajar dari Enno, masih mau pacaran? [rf/Islampos]
Coba baca deh kasus Enno Fariah, 18, yang lima hari kebelakang (12/5) meramaikan jagat dunia berita. Konon ia tewas dengan menggenaskan. Tanpa sehelai benang, bersimbah darah dan yang lebih parah, sebuah gagang cangkul menancap di kem4luannya.
baca juga:Pengakuan Rahmat Alim Pelaku Gagang Cangkul
Kronologis singkatnya seperti ini: Enno dan teman laki-lakinya, atau lebih tepat pacarnya, tengah berdua-duaan di sebuah kost-an. Katanya mereka sedang bermesraan, beradegan dewasa layaknya pasangan suami istri. Ketika sang pacar memuncak syahwatnya, dan menagih layanan servis bir4hi, Enno menolak mentah-mentah.
Gairah yang memuncak namun tak tersalurkan, membuat sang pejantan tanggung kalap. Ia pergi meninggalkan Enno dalam keadaan murka. Tak lama ia kembali memboyong para begundal, untuk menghabisi Enno. Dan akhirnya sebuah gagang pacul menancap di kem4luan sang korban. Enno tewas dengan cara memalukan.
Mari kita berbincang dari sisi humanis, apakah Anda ngeri dengan peristiwa itu? Mungkin mereka yang berpacaran akan berkata, “ah pacar aku mah gak kayak gitu.” “Itu mah salah pilih pacar aja!” atau pacarannya aja yang kebablasan. Jika banyak komentar yang muncul seperti itu, sepertinya kasus-kasus lain layaknya Enno akan kembali bermunculan.
Siapa sih yang ingin menjadi korban pembnhan seperti Enno? Saya yakin tidak ada satupun yang bersedia. Sekali lagi, pacaran adalah jalan menuju kehancuran. Ya, hancur diri, hancur harga diri, hancur masa depan. Dan hancur dalam kubangan dosa.
Belajar dari Enno, masih mau pacaran? [rf/Islampos]
Baca juga:
Advertisement